Sepenggal Kisah Tentang Wanita Itu


3 tahun sudah saya dan keluarga kehilangan sosok wanita luar biasa. Ya, beliau adalah Almarhumah tante saya.  Saat melihat album foto keluarga, seketika ingatan saya kembali pada masa-masa bersama beliau. Beliau bisa dibilang sangat dekat dengan saya. Sejak kecil, saya tak luput dari perhatiannya. Memang, beliau sangat menyenangi anak kecil. Setiap pergi kemana-mana pasti selalu mengajak saya, mulai dari lari pagi, sampai menghadiri undangan pernikahan dan lucunya saya selalu ingin ikut. Setiap sore setelah mandi, pasti beliau mengajak ke halaman rumah, menyuruh saya berpose dengan polosnya lalu beliau mengambil gambar dengan kameranya. Setiap membeli pakaian pasti harus selalu beliau yang pilihkan, sampai-sampai ibu saya hanya pasrah dan membiarkan kehendaknya memilihkan pakaian untuk saya hahaha… Beliau juga sosok wanita pekerja keras dan peduli. Rasanya tak pernah ada kata capek baginya. Setiap pulang bekerja, beliau selalu membantu nenek saya. Dan yang lebih luar biasanya lagi, disamping bekerja, beliau juga bersedia berbisnis pakaian, bahkan sampai menjual makanan yang dibuat nenek saya kepada teman-teman kerjanya. Beliau sempat jatuh sakit, namun setelah pulih beliau resign dari kantor karena suatu alasan lalu dipercaya untuk mengajar di PAUD yang baru saja didirikan, juga mengajar di MDTA (Sekolah Agama) dekat rumah.

Mungkin karena terlalu capek dengan berbagai aktivitas, beliau kembali jatuh sakit. Beliau sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu, namun belum pulih juga. Akhirnya, keluarga memutuskan untuk merawatnya di rumah. Kondisinya sangat mengkhawatirkan, badannya terbujur lemas. Beliau sering mengeluhkan rasa sakitnya, tapi beliau mencoba bersabar. Kami sempat menitikkan air mata ketika melihat kondisinya. Walaupun dalam kondisi seperti itu, Alhamdulillah, beliau tak pernah luput dari mengucap dzikir. Hingga pada suatu ketika, beliau berujar ingin duduk di pangkuan nenek saya. Dan pangkuan tersebut ternyata pangkuan terakhir nenek saya.. Sungguh, suatu hal yang tidak bisa disangka-sangka. Rasa duka yang mendalam begitu terasa. Jujur, sempat terbesit rasa tak rela kala itu. Terutama Nenek saya yang sempat terpukul saat mengetahuinya. Tetapi, kami menyadari, mungkin semua sudah menjadi suratan takdir yang digariskan-Nya. Keluarga besar, para guru, serta teman-teman harus ikhlas melepas kepergian Almarhumah yang saat itu wafat di usia yang masih terbilang muda, 30 tahun.


“Kita terkadang menganggap sesuatu sebagai milik kita. Padahal, sesuatu yang kita miliki hakikatnya hanyalah titipan. Suatu saat kita harus merelakan sesuatu itu diambil kembali oleh-Nya.”

0 komentar:

Posting Komentar