http://fathimfaithfighter.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
Tanggal 9 Juli lalu telah
diselenggarakan Pemilihan Presiden (Pilpres). Sebagian besar rakyat Indonesia telah menunaikan hak dan
kewajibannya demi menentukan masa depan bangsa, dan sisanya mungkin memutuskan
untuk Golput. Tetapi kita patut bergembira, karena angka Golput pada Pilpres
kali ini menurun.
Pesta
demokrasi memang sudah usai. Tetapi tidak bagi sebagian orang. Metode survey
hitung cepat (Quick Count) yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga survey
ternyata menyatakan 2 hasil kemenangan yang berbeda. 8 Lembaga survey
menyatakan kemenangan bagi kandidat nomor urut 2. Sementara 3 lembaga survey
lainnya menyatakan kemenangan kandidat nomor urut 1. Belum lagi ada 2 stasiun
tv yang saling mengklaim kemenangan masing-masing kandidat yang didukungnya.
Hal ini sontak membuat panggung demokrasi semakin panas. Setiap orang bisa
sampai beradu mulut dalam memperdebatkan siapa yang akan menang dan siapa akan yang
kalah.
Sejak
awal, persaingan kedua kandidat ini memang sangat panas. Tim sukses atau
relawan dari kedua pasangan melakukan berbagai aksi untuk meraup suara
sebanyak-banyaknya. Mulai dari cara-cara kreatif hingga cara-cara kotor yang
disebut Black Campaign. Perbedaan kepribadian kedua Capres juga menjadi satu
hal yang sering diperdebatkan. Yang ‘satu’ dikenal karena kiprahnya sebagai
anggota militer yang tegas dan berwibawa serta tak jarang sosoknya mengingatkan ketakutan rakyat
Indonesia pada peristiwa masa Orde Baru yang kelam. Sedangkan, yang ‘dua’ dikenal
sebagai seseorang yang sederhana dan merakyat, namun sebagian orang
menganggapnya ambisius karena beliau bisa dengan mudahnya maju sebagai Capres,
sementara tugasnya sebagai Gubernur DKI belum tuntas.
Terlepas
dari itu semua, saya rasa sesungguhnya mereka adalah pribadi-pribadi yang hebat.
Kecintaan terhadap Ibu Pertiwi membuat mereka ingin mengabdi. Mereka mencintai
rakyat Indonesia. Mereka rela mendahulukan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi. Ya, Itu sekedar anggapan saya yang masih sangat awam dalam
hal politik, dan semoga saja benar
adanya. Semoga saja niat mulia mereka tidak tercoreng oleh kepentingan lain.
Semoga saja.
Oleh
karena itu, sudah saatnya kita bangkit. Jangan lagi memperdebatkan siapa yang
pantas dan tidak pantas, atau siapa yang menang dan siapa yang kalah. Kita
tunggu hasil resmi dari KPU 22 Juli mendatang. Siapapun yang menang, perlu kita
dukung. Karena sesungguhnya kemenangan ini adalah milik rakyat Indonesia.
Kepada
kandidat yang menang, rakyat Indonesia menaruh berjuta harapan terhadap bapak
berdua. Harapan akan Indonesia yang lebih baik. Semoga bapak berdua dapat
menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya. Jangan kecewakan kami ya, Pak!
Karena kami sudah terlampau sering menelan pil pahit bernama kekecewaan.
Kepada
kandidat yang belum mendapat amanah dari rakyat, terimakasih atas
partisipasinya dalam mensukseskan pesta demokrasi ini. Semoga kedua bapak yang hebat
ini bisa berbesar hati dalam mengakui keunggulan lawan. Percayalah, kelak bapak berdua akan diingat rakyat Indonesia sebagai Negarawan yang hebat atas sikap legowo bapak berdua. Dan semoga niatan untuk
mengabdi pada bangsa dan negara itu tetap dijalankan, walaupun tidak pada
jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Tentunya,
seorang pemimpin tidak akan berhasil tanpa sosok yang selalu mendukungnya. Dan
sosok itu adalah kita semua, rakyat Indonesia. Maka sudah sepatutnya kita turun
tangan dan ikut andil dalam membangun bangsa. Sekecil apapun hal yang kita
lakukan, itu merupakan bentuk kontribusi, sudah pasti itu akan sangat berharga
bagi bangsa Indonesia.
Sekarang,
singkirkan di dalam benak kita mengenai perselisihan ini. Mari kita junjung
tinggi nilai Bhineka Tunggal Ika. Walaupun berbeda pilihan, tetapi tetap satu
tujuan, yakni Indonesia yang lebih baik. Lupakan jargon Indonesia Macan Asia
atau Indonesia Hebat. Jadilah…..
“Indonesia : Macan Asia Yang Hebat!”
Sekian.